Gunung Srandil merupakan sebuah bukit karang yang berada di pesisir Pantai Selatan tepatnya di desa Glempangpasir Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Gunung Srandil diyakini sebagai petilasan Kaki Semar (kaki atau kakek) dan Pangreh Gaib (pangreh atau penguasa), dan juga berfungsi sebagai Padepokan dari Kaki Semar dan para Pangreh Gaib lainnya yang bersemayam disana. Kaki Semar terkenal dengan kata-katanya mengenai bagaimana menjalani hidup sebaiknya berpedoman kepada “Ojo dumeh, eling lan waspodo” yang berarti “jangan mentang-mentang, ingat dan waspada”.
Srandi berasal dari kata suro dan adil. Sebelum memasuki kompleks Gunung Srandil terdapat Padepokan Agung Mandalagiri yang dibangun oleh Paguyuban Cahya Buwana, yaitu perkumpulan putra Kaki Semar. Padepokan ini biasa digunakan sebagai tempat bermalam, pengunjung yang hendak menginap diperkenankan untuk bermalam di Padepokan tanpa harus membayar. Pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat sekitar Gunung Srandil, ada yang berasal dari luar Pulai Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. Pada umumnya pengunjung yang datang ke Gunung Srandil adalah untuk berziarah, tirakat atau bertapa. Mereka berharap tuah, pesugihan, wangsit, ilmu, dan hal lainnya dari para penguasa Gunung Srandil.
Menurut cerita penghuni pertama Gunung Srandil adalah Sultan Mukhriti yang merupakan putra kedua dari Dewi Sari Banon Ratu Sumenep Jawa Timur. Kedatangan Sultan itu untuk bertapa namun Sultan Mukhriti murca/muksa (menghilang) yang ada tinggal petilasannya yang terletak di sebelah timur yang di kenal dengan Petilasan Embah Gusti Agung Sultan Mukhriti. Selain itu juga ada legenda rakyat yang pertama bermukim di gunung Srandil adalah dua orang bernama Kunci Sari dan Dana Sari, mereka adalah prajurit Pangeran Diponegoro yang tidak mau menyerah kepada bala tentara Belanda, sehingga mereka melarikan diri ke Gunung Srandil untuk bersembunyi dan akhirnya meninggal di Gunung Srandil. Makam kedua prajurit tersebut berada di sebelah timur Gunung Srandil.
Di Gunung Srandil terdapat petilasan yang oleh orang-orang dianggap mempunyai kemampuan melebihi orang lain yang dikenal sebagai tokoh-tokoh orang sakti mandraguna. Dari kemampuannya, kesaktiannya itu maka tempat-tempat yang di singgahi dianggap keramat dan disakralkan. Adapun petilasan-petilasan yang ada di Gunung Srandil adalah Mbah Kanjeng Gusti Agung, Nyai Dewi Tanjung Sekarsari, Kaki semar Tunggul Sabdojati Dayo amongrogo, Juragan Dampo Awang, Kanjeng Gusti Agung Akhmat atau Petilasan Langlang Buwana yang berada diatas bukit dan petilasan Hyang Sukma Sejati.
Petilasan-petilasan yang berada di kompleks kaki Gunung Srandil:
1. Petilasan Syech Jambu Karang atau disebut juga petilasan Dampo Awang atau Sam Poo Kong, disebut juga Eyang Jambu Karang karna disamping petilasan itu berdiri dan tumbuh pohon jambu yang entah sejak kapan pohon itu tumbuh karena sejak dulu hingga sekarang pohon itu berdiri dan tetap sebesar itu.
2. Petilasan Gusti Agung Sultan Murahidi. Tempat ini pada hari-hari biasa banyak dipakai sebagai tempat meditasi oleh orang-orang yang datang dengan keperluan tertentu karena diyakini bahwa tempat ini sebagai tempat berkumpulnya para gaib Bumi Nusantoro.
3. Petilasan Eyang Sukma Sejati, letaknya sedikit agak diluar gunung, kira-kira 50 meter disebelah kiri gunung, didepan petilasan Eyang Gusti Agung terdapat pintu keluar menuju petilasan tersebut melalui jalan setapak.
4. Petilasan Nini Dewi Tunjung Sekarsari, dari pemahaman spritual maka Nini Dewi Tunjung Sekarsari adalah istri dari Kaki Semar.
5. Petilasan Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Among Rogo atau disebut juga petilasan Kyai Semar. Bagi para spritualis atau mereka yang diberi kesempatan untuk melihat “penjaga” goa Kaki, maka goa Kaki ini dijaga oleh Eyang Kumbang Ali-Ali dan Eyang Sadipa.
Di puncak Gunung Srandil terdapat petilasan Eyang Langlang Buwana, merupakan titisan dari Dewa Wisnu yang masih memiliki hubungan dengan Kerajaan Pajajaran di Tanah Sunda. Petilasan lain yang terletak di puncak Gunung Srandil adalah Makam Mayang Koro atau Hanoman.
Dari penjelasan diatas maka tidak ditemukan fakta pendukung yang menyatakan secara tegas, jelas dan lugas oleh para Juru Kunci, yang dapat dipakai untuk sesuatu hal yang sifatnya menduakan Tuhan dan atau klenik dan atau untuk jalan pintas “Pesugihan”.
Pesugihan Gunung Srandil hanyalah sebuah mitos yang dibuat secara turun temurun karena urusan klenik atau pesugihan dan lain-lain sejenis, lebih disebabkan dan lebih dimulai dari niat dan tekad hati dari seseorang pemalas yang tidak mau berusaha sesuai kodratnya sebagai makhluk hidup, mereka telah buta dan telah tertutup hati nuraninya oleh masalah duniawi, kemudian mengambil “jalan pintas” dengan cara bersekutu dengan setan penggoda hati dan pengobar nafsu duniawi.
Tata Cara Melakukan Ritual Pesugihan di Gunung Srandil
Pada waktu melakukan ziarah atau perjalanan spritual di Gunung Srandil, bila seseorang bermalam disitu maka salah satu acara ritual yang dilakukan adalah mengitari atau memutari Gunung Srandil setelah lepas tengah malam yaitu antara jam 24.00 atau pukul 00.00 sampai pada pukul 03.00 pagi.
Mengitari atau mengelilingi Gunung Srandil menurut petunjuk Kaki Semar, disarankan untuk dilakukan dengan berjalan berlawanan dengan arah jarum jam, hal ini dimaksudkan bahwa sewaktu melakukan pengitaran/keliling tersebut diharapkan dapat berpapasan dengan para Penguasa Gaib, karena peziarah melafalkan kata-kata suci atau doa permohonan maka para Penguasa Gaib itupun ikut mendengarkan, maka “mereka” para Penguasa Gaib itupun akan ikut membantu apa-apa yang diucapkan untuk disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar permohonan atau kata-kata yang diucapkan para peziarah tersebut segera dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cara mengitari gunung dengan berjalan berlawanan dengan arah jarum jam, jumlah putaran yang disarankan adalah sesuai dengan angka ganjil. Misalnya 3x, 9x, 21x dan atau 41x putaran.
Untuk melengkapi acara ziarah, maka disarankan untuk membawa kembang-telon, dupa atau kemenyan madu, minyak wangi, namun ini bukan syarat mutlak dan hal ini jangan diartikan bahwa sarana tersebut itu adalah untuk sesuatu yang bersifat tahayul tetapi lebih diartikan bahwa kita datang ke tempat suci, dan setiap tempat suci itu berbau harum mewangi dan sarana yang dibawa itu agar tempat tersebut semakin harum mewangi.
Daya tarik Gunung Srandil memang tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan dari Kaki Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amongrogo dengan ajaran-ajarannya untuk manusia agar selalu hidup dengan berbudi pekerti yang luhur, berbakti dan menjunjung ajaran Tuhan Yang Maha Esa.