Jumat, 24 April 2020

Motif Hias Seni Rupa Daerah

Toming Sek
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya, budaya tersebut selalu mencerminkan kehidupan masyarakatnya. Kebudayaan tersebut juga selalu menghasilkan yang menakjubkan dalam berbagai hal, seperti Tarian, Upacara adat bahkan karya seni rupa.

Indonesia sungguh kaya dengan motif hias. Setiap daerah memiliki motif hias yang khas. Motif hias tersebut jenisnya bermacam-macam. Ada motif hewan, tumbuhan, tubuh manusia, alam, geometris hingga motif campuran.

Pada karya seni rupa nusantara terdapat motif hias yang beragam. Motif hias disini adalah suatu motif yang membentuk keindahaan. Biasanya kerajinan motif hias ini pengerjaannya memerlukan kesabaran, ketelitian dan kreatifitas yang tinggi. Berikut ini beberapa contoh motif hias yang terdapat dalam karya seni rupa dua dimensi maupun seni rupa tiga dimensi.

A. Kain Tenun
Tenun merupakan suatu teknik pembuatan kain yang dilakukan dengan cara menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Kain ini biasanya terbuat dari benang serat kayu, kapas, sutra dan benang lainnya. Sama halnya seperti batik, kain tenun juga tersebar diseluruh Indonesia seperti Tenun Sumbawa, Tenun Toraja, Tenun Jepara, dan masih banyak lagi.

Masyarakat Indonesia sudah mengenal kerajinan tenun beberapa abad sebelum Masehi. Kain tenun memiliki beberapa fungsi, selain sebagai bahan pakaian tenun juga memiliki fungsi seni, adat, dan agama. Hampir di setiap daerah Indonesia memiliki corak tenun.

Di Sulawesi kaya akan kerajinan tenun. Salah satunya adalah kain tenun Toraja. Tenun Toraja memiliki sejarah ragam tekstil sebagai salah satu perlengkapan upacara adat kematian Toraja.

Motif-motif yang digunakan dalam kain tenun tradisional selain berupa motif garis-garis geometris, bunga-bunga juga kebanyakan berupa motif ukiran Toraja. Beberapa motif tenun Toraja antara lain sebagai berikut.
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya Motif Hias Seni Rupa Daerah
  1. Motif Pa’sekong Kandauremerupakan lambang kebesaran perempuan Toraja sehingga jika ada seseorang perempuan yang meninggal maka pada peti mayatnya akan di pasang kain dengan motif tersebut.
  2. Motif Kain Sarita Sarita merupakan kain sakral yang dimiliki masyarakat Toraja. Kain Sarita digunakan sebagai hiasan dalam upacara adat. Motif-motif pada kain saritaberagam dan masing-masing memilki makna simbolis yang berbeda pula.
  3. Motif Pa‟bua tina adalah ukiran yang menyerupai buah pohon waru.Makna simbol yang terdapat pada motif Pa‟bua Tina dan Bombo uai yaitu masyarakat Toraja pintar-pintarlah menitih dalam kehidupan ini, dalam hal ini adalah masyarakat Toraja harus lincah, cekatan, cepat dan tepat.
  4. Motif Pa’bannangmemiliki pesan bagi dalam nilai sopan santun, saling menghargai satu dengan yang lain, saling berjalan sepadan supaya kehidupan masyarakat Toraja hidup dalam kedamaian.
B. Songket
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional melayu yang digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Berbeda dengan kain tenun biasa, kain songket biasanya di tenun dengan benang yang berwarna emas dan perak. Songket yang terkenal di Indonesia adalah Songket dari Palembang, Sumatera Barat dan dari Lombok. Namun songket juga dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa jenis motif songket Palembang antara lain sebagai berikut :
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya Motif Hias Seni Rupa Daerah
  1. Songket Lepus. Lepus berarti menutupi, jadi pengertian kain songket lepus adalah songket yang mempunyai benang emasnya hampir menututpi seluruh bagian kain. Kain songket lepus inipun bermacam-macam namanya, antara lain songket lepus lintang (bergambar bintang), songket lepus buah anggur, songket lepus berantai, songket lepus ulir, dan lain-lain.
  2. Songket Tawur merupakan desain songket yang motifnya tidak menutupi seluruh permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok dan letaknya menyebar (bertabur/tawur). Songket tawur pun bermacam-macam namanya antara lain songket tawur lintang, songket tawur tampak manggis, songket tawur nampan perak, dan lain-lain.
  3. Songket Tretes Mender. Pada kain songket jenis ini tidak dijumpai suatu gambar motif pada bagian tengah kain (polosan). Motif-motif yang terdapat dalam songket tretes mender hanya ada pada kedua ujung pangkal dan pada pinggir-pinggir kain.
  4. Songket Bungo Pacik. Pada kain songket jenis ini, sebagian besar motifnya terbuat dari benang emas yang digantikan dengan benang kapas putih, sehingga tenunan benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya dipakai sebagai selingan saja.
  5. Songket Kombinasi. Pada songket jenis ini merupakan kombinasi dari jenis-jenis songket diatas, misalnya songket bungo Cina adalah gabungan songket tawur dengan songket bungo pacik sedangkan songket bungo intan adalah gabungan antara songket tretes mender dengan songket bungo pacik.
  6. Songket Limar. Kain songket ini tidak dibentuk oleh benang-benang tambahan seperti halnya pada songket-songket lainnya. Motif kembang-kembangnya berasal dari benang-benang pakan atau benang lungsi yang dicelup pada bagian-­bagian tetentu sebelum ditenun. Biasanya songket limar dikombinasikan dengan songket berkembang dengan benang emas tawur hingga disebut songket limar tawur. Macam dari songket limar diantaranya adalah jando berhias, jando pengantin serta kembang pacar.

Pada dasarnya, baik tenun songket maupun tenun ikat tidak berbeda jauh. Keduanya sama-sama dibuat dengan menganyam dua jenis bening yang lajurnya dibuat vertikal dan horizontal melalui bantuan alat dan bilah-bilah kayu. Hanya saja, pada songket, ada teknik tambahan berupa penyukitan atau teknik cukit, yakni ada bagian benang yang sebelum dianyamankan ke jalur yang lain diangkat dan setengah dipelintir terlebih dahulu menggunakan sebuah alat.

Namun, teknik ini tidak berpengaruh besar pada tekstur songket. Hal yang membedakan songket dengan jenis kain tenun biasa tak lain pada jenis benang yang dipakai. Pada songket, selalu ada benang emas atau benang perak yang terhias pada permukaan kain.

C. Ulos
Ulos adalah kain tenun Batak. Mangulosi adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang batak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu di ikut sertakan.

Sebagai sebuah simbol, maka fungsi dan kedudukan seseorang dalam pelaksanaan acara adat Batak Toba akan di ketahui melalui “Ulos” yang di pakai, di terima, dan yang di berikan sesuai dengan ragam dan jenisnya. Jenis dan Fungsi Ulos Batak berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut :
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya Motif Hias Seni Rupa Daerah
  1. Ulos Antak-Antak dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu ulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor (menari).
  2. Ulos Bintang Maratur merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba. Misalnya anak yang memasuki rumah baru.
  3. Ulos Bolean biasanya di pakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
  4. Ulos Mangiring dipakai sebagai selendang, tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama
  5. Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang.
  6. Ulos Pinuncaan terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu ulos. Kegunaannya antara lain: dipakai dalam berbagai keperluan acara-acara duka cita.
  7. Ulos Ragi Hotang diberikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang di sebut dengan nama Ulos Hela.
  8. Ulos Ragi Huting pada jaman dulu sebelum Indonesia merdeka, anak perempuan (gadis-gadis) memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seorang putri (gadis perawan) batak Toba yang ber-adat.
  9. Ulos Sibolang Rasta Pamontari dipakai untuk keperluan duka dan suka cita.  Jika Ulos ini dipergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.
  10. Ulos Si bunga Umbasang dan Ulos Simpar hanya berfungsi dan dipakai sebagai Selendang bagi para ibu-ibu sewaktu mengikuti pelaksanaan segala jenis acara adat-istiadat yang kehadirannya sebatas undangan biasa yang di sebut sebagai Panoropi (yang meramaikan) .
  11. Ulos Sitolu Tuho dipakai sebagai ikat kepala atau selendang.
  12. Ulos Suri-suri Ganjang dipakai sebagai Hande-hande (selendang) pada waktu margondang dan juga di pergunakan oleh pihak Hula-hula (orang tua dari pihak istri) untuk manggabei (memberikan berkat) kepada pihak borunya (keturunannya) karena itu disebut juga Ulos gabe-gabe (berkat).
  13. Ulos Simarinjam sisi dipakai dan difungsikan sebagai kain dan juga dilengkapi dengan Ulos Pinunca yang disandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani (mendahului di depan).
  14. Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan. Pada zaman dahulu di pakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan keluarga kaya, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua dan meninggal akan disaput (di selimutkan, dibentangkan kepada jasad) dengan ulos yang pakai Ragi di tambah Ulos lainnya yang di sebut Ragi Pakko karena memang warnanya hitam seperti Pakko.
  15. Ulos Tumtuman dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan di pakai oleh anak yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah anak pertama dari hasuhutan (tuan rumah).
  16. Ulos Tutur-Tutur dipakai sebagai tali-tali (ikat kepala) dan sebagai Hande-hande (selendang) yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya (keturunannya).

D. Motif Hias Pada Bubungan Bangunan
Masyarakat indonesia mengalami banyak pengaruh dari kebudayaan lain dan beberapa agama. Hal tersebut memengaruhi keyakinan serta karya seni masyarakat Indonesia. Beberapa benda seni yang mendapat pengaruh dari luar adalah :
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya Motif Hias Seni Rupa Daerah
  1. Atap kuil tempat ibadah pedagang Cina. Motif naga bagi masyarakat Cina memiliki simbol kekuatan alam. Naga dianggap sebagai makhluk suci yang belum bisa masuk surga.
  2. Selain itu hiasan swastika pada atap bangunan dan bagian depan pura Mangkunegara yang dipengaruhi budaya barat.
  3. Ragam hias swastika melambangkan daya dan keselarasan jagat raya atau simbol dari kebijakan dan belas kasih.